RSS

INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

18 Nov

images

BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu kegiatan penelitian adalah pengumpulan data. Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan teknik tertentu dan menggunakan alat tertentu yang sering disebut instrumen penelitian. Data yang diperoleh dari proses tersebut kemudian dihimpun, ditata, dianalisis untuk menjadi informasi yang dapat menjelaskan suatu fenomena atau keterkaitan antara fenomena. Di dalam suatu penelitian ilmiah, agar data yang dikumpulkan menjadi valid, maka harus mengetahui bagaimana cara-cara pengumpulan data dalam suatu research, sehingga data yang di peroleh dapat menjadi pendukung terhadap kebenaran suatu konsep tertentu.

Menurut Lofland (1984:47) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu, pada bagian ini jenis data dibagi ke dalam kata-kata, tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik.[1]

Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif meliputi data pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Fokus pengamatan dilakukan terhadap 3 komponan utama, yaitu space (ruang, tempat), aktor (pelaku) dan aktifitas (kegiatan). Selama penelitian berlangsung, peneliti memposisikan diri sebagai human instrument yang meluangkan waktu banyak di lapangan. [2]

Menyusun instrumen merupakan suatu proses dalam penyusunan alat evaluasi karena dengan mengevaluasi kita akan memperoleh data tentang objek yang diteliti.

Oleh karena itu, menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam  prosedur  penelitian yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu terhadap  yang lainnya. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesinambungan data yang dikumpulkan dengan pokok permasalahan yang dibuat dalam rangka pengujian terhadap hipotesis-hipotesis yang dibuat.

BAB II

  PEMBAHASAN

  1. Memilih Instrumen Pengumpulan Data

Sejak awal timbulnya keinginan untuk meneliti, calon peneliti harus sudah mempunyai gambaran menegenai variabel yang akan diteliti sekaligus alat apa yang akan digunakan sebagai pegumpulan dan penelitiannya. Dengan gambaran yang dimilikinya itu dalam langkah penyusunan proposal penelitian, calon peneliti sudah harus dapat menuliskan apasaja instrumen penelitian yang akan dituliskan yang secara tentatif akan digunakan sebagai pengumpul data. Untuk dapat menetapkan jenis instrumen yang tepat guna.[3]

  1. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Dari asti kata kedua istilah tersebut segera dapat dikemukan pengertiannya demikian: [4]

  1. “Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data”.

“cara” menunjukkan pada sesuatu yang abstrak, tidak dapat diwujudkan  dalam benda yang kasat mata, tetapi hanya dapat dipertontonkan penggunaanya. Terdaftar sebagai metode-metode penelitian adalah: angket (questionnaire), wawancara atau inteview, pengamatan (observation), ujian atau tes (test), dokumentasi (documentation), dan lain sebagainya.

  1. Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

“ instrumen penelitian” yang diartikan sebagai “alat bantu” merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket (question naire), daftar cocok (checkist) atau pedoman wawancara (interview guide atau interview schedule), lembar pengamatan atau panduan pengamatan (observation sheet atau observation schedule) soal tes (yang kadang-kadang hanya disebut “tes” saja, inventori (inventory), skala (scala), dan lain sebagainya.

Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan metode pengumpulan data. Dengan demikian terdapat kaitan antara metode dengan instrumen pengumpulan data. Pemilihan satu jenis metode pengumpulan data kadang-kadang dapat memerlukan lebih dari satu jenis instrumen. Sebaliknya satu jenis instrumen dapat digunakan untuk berbagai macam metode.

Jika daftar metode dan daftar instrumen tersebut dipasangkan, akan terlihat dalam tabel berikut ini.[5]

NO Jenis Metode Jenis Instrumen
1. Angket (questionnaire) Angket (questionnaire)
    Daftar cocok (checklist)
    Skala (scala), inventori (Inventory)
2. Wawancara (interview) Pedoman wawancara (interview guide)
    Daftar cocok (checklist)
3. Pengamatan / observasi (observation) Lembar pengamatan, panduan pengamatan, panduan observasi (observation sheet, observation schedule), daftar cock (cheklist)
4. Ujian atau tes (test) Soal ujian, soal tes atau tes (test),
    Inventori (inventory).
5. dokumentasi Daftar cocok (checklist)
    Tabel
  1. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data

Macam-macam Teknik Pengumpulan Data adalah sebagai berikut :

  1. Observasi
  2. Wawancara
  3. Dokumentasi
  4. Triangulasi

Penjelasan secara lebih mendalam mengenai macam-macam teknik pengumpulan data di bawah ini :

  1. Teknik pengumpulan data dengan Observasi

Data yang digunakan pada suatu penelitian dapat berasal dari observasi atau dari eksperimen (percobaan). Data yang diperoleh melalui observasi, peneliti tidak dapat mengendalikan dan mengukur secara langsung. Misalnya investor real estate ingin menguji hubungan antara harga penjualan dengan luas tanah masing-masing unit rumah. Selama peneliti tidak dapat mengendalikan secara langsung luas tanah dan data itu diperoleh dari catatan penjualan historis, maka data itu merupakan data observasi. Data eksperimen diperoleh melalui eksperimen (percobaan). Untuk memperoleh data ini, peneliti dapat mengontrol (mengendalikan) secara langsung. Misalnya penelitian terhadap pencemaran pada air minum, peneliti dapat memilh secara acak beberapa liter air minum yang dihasilkan dari beberapa macam penyaring yang berbeda.[6]

Dengan menggunakan metode obvervasi, cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkahlaku yang digambarkan akan terjadi. [7]

Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kedalam suatu skala bertingkat. Misalnya, kita memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat bagaimana reaksi itu, dan berapa kali muncul, tetapi juga menilai reaksi tersebut.

  1. Metode Observasi

Beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitarif adalah observasi partisipasi, observasi tidak berstruktur, dan observasi kelompok tidak berstruktur.

  • Observasi Partisipasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggukan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Yang  dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melali pengamatan dan pengindraan. Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian apabila memiliki kriteria sebagai berikut :

a). Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncakan secara serius.

b).  Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

c).  Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian.

d). Pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai keabsahannya. [8]

  • Observasi Tidak Berstruktur

Observasi tidak berstruktur dimaksud, operasi dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Dengan demikian, pada observasi ini penagamatan harus mamapu secara pribadi mengembangkan daya pengamatanya dalam mengamati suatu objek. Pada observasi ini, yang terpenting adalah pengamatan harus menguasai “ilmu” tentang objek secara umum dari apa yang hendak diamati, hal mana yang memperbedakannya dengan observasi partisipasi, yaitu pengamatan tidak perlu memahami secara teoreris terlebih dahulu Objek penelitian. Dengan demikian, akan memabantu lebih banyak pekerjaanya dalam mengamati objek yang baru itu. [9]

  • Observasi Kelompok

Bentuk observasi lain yang sering digunakan pula adalah observasi kelompok. Observasi ini dilakukan secara perkelompok terhadapa suatu atau bberapa objek sekaligus. Misalnya, suatu tim peneliti yang sedang mengamati gejolak perubahan harga pasar akibat kenaikan BBM biasanya bekerja dengan menagmati sekian banyak gejala lain yang berpengaruh terhadap perubahan harga pasar tersebut. [10]

  • Hal- hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Observasi.

Beberapa hal yang perlu dierhatikan dalam melakukan pengamatan yaitu:

  • Hal-hal apa yang hendak diamati.
  • Bagaimana mencatat pengamatan.
  • Alat bantu penagamatan.
  • Bagaimana menagtur jarak antara pengamatan dan objek yang diamati.

Hal-hal tersebut diatas hendaknya dipertimbangkan sebelum seseorang melakukan observasi, karena hal-hal tersebut diatas amat menentukan berhasil tidaknya pengamatan melakukan tugasnya. [11]

  1. Teknik pengumpulan data dengan wawancara.

Apabila kita katakan bahwa untuk memperoleh data kita gunakan metode wawancara, maka di dalam melaksanakan pekerjaan wawancara ini, pewawancara menggunakan alat bantu. Secara minimal alat bantu tersebut berupa ancer-ancer pertanyaan yang akan ditanyakan  sebagai  catatan, serta alat tulis untuk menuliskan jawaban yang diterima. ancer-ancer tersebut di sebut pedoman wawancara (interview guide). Oleh karena pedoman wawancara, instrumennya adalah pedoman wawancara.[12]

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Ada beberapa faktor yang digunakan mempengaruhi arus infomasi dalam wawancara yaitu : Pewawancara, responden, pedoman wawancara, dan situasi wawancara.[13]

  1. Pewawancara adalah petugas mengumpul informasi yang diharapkan dapat menyampaikan pertanyaan dengan jelas dan merangsang responden untuk menjawab semua pertanyaan dan mencatat semua informasi yang dibutuhkan dengan benar.
  2. Responden adalah memberi informasi yang diharapkan dapat menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap. Dalam pelaksanaan wawancara, diperlukan kesediaan dari responden untuk menjawab pertanyaan dan keserasian antara responden dan pewawancara.
  3. Pedoman wawancara berisi tentang uraian penelitian yang biasanya ditunjukkan dalam bentuk daftar pertanyaan agar proses wawancara dapat berjalan dengan baik.
  4. Situasi wawancara ini berhubungan dengan waktu dan tempat wawancara. Waktu dan tempat wawancara yang tidak tepat dapat menjadikan pewawancara merasa canggung untuk mewawancarai dan respondenpun merasa enggan untuk menjawab pertanyaan. Berdasarkan sifat pertanyaan, wawancara dapat dibedakan menjadi :
  • Wawancara Terpimpin

Dalam wawancara ini, pertanyaan diajukan menurut daftar pertanyaan yang telah disusun.

  • Wawancara Bebas

Pada wawancara ini, terjadi tanya jawab bebas antara pewawancara dan responden, tetapi pewawancara menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman. Kebaikan wawancara ini adalah responden tidak menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang diwawancarai.

  • Wawancara Bebas Terpimpin

Pada wawancara ini merupakan perpaduan antara wawancara bebas dan wawancara terpimpin. Dalam pelaksanaannya, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis tentang hal-hal yang akan ditanyakan. [14]

Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuisioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari wawancara (interviewer). Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang.

Peneliti biasanya melakukan 20-30 wawancara berdasarkan beberapa pertemuan dilapangan untuk mengumpulkan data. Wawancara dilakukan untuk menyerap (saturate) atau menemukan informasi yang kontinu untuk menambah hingga tidak ada lagi yang dapat ditemukan kategori. Suatu kategori mewakili unit informasi yang tersusun dari peristiwa, kejadian, dan instansi. Peneliti juga mengumpulkan dan menganalisis pengamatan dan dokumen, tetapi bentuk data ini tidak biasa. Sementara peneliti mengumpulkan data, dia mulai menganalisis. Menurut Creswell pengumpulan data dalam studi grounded theory merupakan proses “zig zag”. Keluar lapangan untuk memperoleh informasi, menganalisis data, dan seterusnya. Partisipan yang diwawancarai dipilih secara teoretis – dalam theoretical sampling – untuk membantu peneliti membentuk teori yang paling baik. Proses pengambilan informasi melalui pengumpulan data dan membandingkannya dengan kategori yang muncul disebut metode komparatif konstan (constant comparative) analisis data[15].

  1. Macam-macam Interview/wawancara.

Esterberg (2002) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu:

  • Wawancara terstruktur (structured interview)

Pada umunya interview terstruktur diluar negeri telah dibuat terstandar. Seperti halnya kuesioner. Interview terstruktur terdiri dari serentetan pertanyaan dimana pewawancara tinggal memberikan tanda check (V) pada pilihan jawaban yang telah disiapkan. Interview terstandar ini kadang-kadang disembunyikan oleh pewawancaara, akan tetapi tidak sedikit pula yang diperlihatkan kepada responden, bahkan respondenlah yang dipersilahkan memberikan tanda.[16]

2). Wawancara tak berstruktur (unstructured Interview).

Wawancara percakapan informal (the informal conversation interview) menunjukkan pada kecenderungan sifat sangat terbuka dan sangat longgar (tidak berstruktur) sehingga wawancara memang benar- benar mirip dengan percakapan. Pertanyaan-pertanyaan mengalir secara spontan seiring dengan berkembangnya konteks dan situasi wawancara, dan segala sesuatunya terasa sangat luwes (flexible). Pertanyaan yang dikemukakan oleh penelitit dapat berbeda-beda antara subjek yang satu dan subjek lain; subjek yang sama kadangkala harus didatangi kembali oleh peneliti untuk pertanyaan yang berbeda atau mungkin mirip sehingga jawaban terdahulu mungkin dapat ditambahkan atau direvisi oleh subjek. Karena sifat longgar dan spontan ini maka data yang terkumpul kerapkali sangat kompleks dan agak membutuhkan waktu lebih lama untuk mensistematiskan atau mengorganisasikannya. Jenis inteview ini lebih cocok untuk kepentingan penelitian etnografi. [17]

  1. Beberapa hal penting dalam wawancara

Sangat penting bagi peneliti yang digunakan metode wawancara untuk memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

  • Memastikan bahwa alat-alat yang digunakan (misalnya pedoman wawancara) benar-benar telah selesai dibuat. Peralatan pendukung, seperti block note, ball point, kamera, dan tape recorder. Misalnya juga dipastikan siap digunakan sewaktu-waktu.
  • Penghubungan subjek penelitian atau informasi. Dalam hal informasi adalah tokoh-tokoh penting, jadi janji (appointment) selayaknya dibuat terlebih dahulu. Memiliki jalinan atau hubungan personal yang erat dengan sekretaris (kursus pada politisi dan eksekutif) atau mungkin pihak managemen (kursus bagi para artis dan celebrity) sangat membebani dalam upaya membuat kesepakatan tentang kapan peneliti dapat diterima untuk kepentingan wawancara.
  • Menepati waktu sesuai dengan janji wawancara merupakan hal terpenting bagi para peneliti. Para tokoh politik, top ekskutif, dan seniman papan atas biasanya sangat sibuk yang dikarenanya senantiasa mengagendakan kegiatan-kegiatan yang akan mereka lakukan. Ketida tepatan waktu akan mereka lakukan. Ketidak tepatan waktu akan mengganggu hubungan peneliti dan informan sehingga dapat berakibat pada kurang nyamannya situasi wawancara dalam kurang lancarnya proses pengumpulan data.
  • Kemukakan pertanyaan-pertanyaan ringan sebagai pembuka dan baru secara berangsur menginjak personal-personal yang lebih penting. Dalam hal ini, peneliti mulai menggunakan alat-alat yang diperlukan.
  • Mengupayakan sikap-sikap adaptif sangat perlu bagi peneliti agar sumber dapat mengungkapkan secara panjang lebar dan dalam suasana santai mengenai personalan-personalan yang ditanyakan oleh peneliti.
  • Mengakhiri wawancara dengan apresiasi yang tinggi atas perkenan dan suasana ramah yang telah diberikan oleh sumber merupakan hal-hal yang tidak boleh diabaikan. Ada baiknya pula bagi peneliti, penyusul ucapan terimakasih, mengajukan permohonan agar sewaktu-waktu diperbolehkan menghubungi lagi, misalnya melalui telepon seandainya saja masih ada hal-hal yang kurang atau belum ditanyakan. Hal yang sangat penting bagi peneliti untuk memperoleh jaminan bagi kemudahan dalam memperoleh data tambahan kalau memang dibutuhkan.[18]
  1. Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi

Tidak kalah penting dari metode-metode lain, adalah metode dokumentasi. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.[19]

Dalam uraian pada pemateri sebelumnya telah disinggung bagaimana objek ditatap dan diperoleh informasi yaitu dengan tulisan (paper), tempat (place), dan kertas atau orang (people). Dalam mengadakan penelitian yang bersumber pada tulisan inilah kita telah menggunakan metode dokumentasi.

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. [20]

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian.[21]

Selain macam-macam bahan dokumenter di atas, dokumenter dibagi menjadi dua, yaitu :

  1. Dokumen Pribadi

Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaaan. Dokumen pribadi dapat berupa buku harian, surat pribadi, dan otobiografi. Ketiga dokumen pribadi ini telah dijelaskan di atas.

  1. Dokumen Resmi

Dokumen resmi terbagi atas dokumen interen dan eksteren. Dokumen interen dapat berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan lembaga untuk lapangan sendiri seperti risalah atau laporan rapat, keputusan pemimpin kantor, konvensi yaitu kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung di suatu lembaga, seperti majalah, buletin, berita-berita yang disiaran ke media massa, pengumuman, atau pemberitahuan. Kebiasaan suatu lembaga untuk menggunakan dokumen eksteren ini sebagai media kontak sosial dengan dunia luar. Oleh karena itu, peneliti dapat menggunakan dokumen eksteren ini sebagai bahan  untuk menelaah suatu kebijakan atau kepemimpinan lembaga tersebut.[22]

  1. Teknik Pengumpulan data dengan Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Tujuan penelitian kualitatif memang bukan semata-mata mencari kebenaran, tetapi lebih pada pemahaman subyek terhadap dunia sekitarnya. Dalam memahami dunia sekitarnya, mungkin apa yang dikemukakan informan salah, karena tidak sesuai dengan teori, tidak sesuai dengan hukum.

Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Dengan triangulasi lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.

BAB III

KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, menetapkan jenis instrumen dan melaksanakan langkah-langkah atau panduan yang yang menunjang instrumen tersebut dalam sebuah penelitian, menjadi sasuatu hal sangat penting. Karena dalam menguji hipotesis sangat memerlukan data-data yang valid, data yang kuat, data yang kredibel.Dengan data-data yang terkumpul sesuai dengan arah dan tujuan penelitian, maka diharapkan penelitian dapat diselesaikan dengan hasil yang akurat dan empiris.

[1] Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 169.

[2] Ibid., hal. 188-189.

[3] Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitan  (Jakarta:  Rineka Cipta, 2010), hal 100.

[4] Ibid., hal. 100 – 101.

[5]  Ibid., hal. 102.

[6] Algifari, Statistika Induktif untuk ekonomi dan bisnis (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan YKPN, 2003), Edisi II, hal 10

[7] Ibid., hal. 23

[8] Bungin, Burham, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, cet. 5 (Jakarta: Prenada Media Group, 2011) hal. 118-119.

[9] Ibid., hal. 120.

[10] Loc.Cit.,

[11] Loc. Cit.,

[12] Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, cet. 14 (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal 192.           

[13]  Riduan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 29.

 

[14] Ibid., hal 29-30.

[15]  Algifari, Op. Cit., hal. 209 – 210.

[16]  Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hal 198.

[17] Pawinto, Penelitian Komunikasi Kualitatif, cet. 2 (Yogyakarta: PT. Lkis Pelangi Aksara Yogyakarta, 2008) hal. 132-133.

[18] Pawinto, Op. Cit., hal. 136-138.

[19] Arikunto, Suharsimi, Op.Cit., hal.274

[20] Ibid.,  hal. 201.

[21] Riduan, Op.Cit., hal.31.

[22] Bungin, Burham, Op. Cit., hal. 125-126.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada November 18, 2016 inci Uncategorized

 

Tinggalkan komentar